Di sebuah sekolah ternama...
“ Sita, apa kau sudah ingin
pulang?” tanya Fani pada sahabatnya yang sedang mencatat karena tadi
ketinggalan pelajaran.
“tentu saja. Kau pikir aku akan
tidur di sekolah?” Ucap Sita tetap fokus mencatat dan tidak menengok sama
sekali. Hal itu membuat Fani geram dan berdecak sebal.
“ Jika kau tidak sarapan pake
sambal, kau tidak akan membuatku pulang terlambat seperti ini. Jadi, cepatlah
sedikit.” Fani sudah tidak sabar menunggu Sita.
“ Ini juga sebentar lagi selesai,
tinggal nulis satu kata lagi. Dannnnn...selesai.” Sita tak lupa memberi tanda
titik diakhir tulisannya
Kini awan sangat cerah yang menjadi
dinding langit dunia. Debu mengelilingi orang-orang yang sedang berlalu lalang.
Tanpa disadari awan dan matahari yang sedang bersinar cerah tertutupi kabut
hitam seperti mendung. Para manusia menghentikan aktifitasnya untuk menatap
awan dengan keheran. Tak terkecuali seorang gadis bermata bulat nan cantik,
Fani. Ia yang sedang berjalan menuju rumahnya bersama Sita.
“ Fan, kenapa tiba-tiba menyeramkan
seperti ini?”, tanya Sita ketakutan dengan memegang erat lengan kiri Fani.
“ Entahlah, mungkin akan hujan.
Lebih baik kita segera pulang, ayo!” ajak Fani
Dalam perjalanan, Sita dan fani
berpisah karena rumah mereka harus melewati gang yang berbeda. Namun, Sita
merengek agar fani mengantarkannya. Rengekan Sita yang seperti anak kecil
membuat Fani tidak tahan, akhirnya dengan terpaksa Fani mengantar Sita.
Setelah mengantarkan Sita, Fani
dengan segera melangkahkan kakinya menuju rumahnya. Ketika Fani telah melewati
gang rumahnya, kakinya berrhenti melangkah. Fani mendongak ke atas melihat
kabut hitam semakin pekat. Melihat hal itu Fani kembali melangkahkan kakinya,
namun kali ini ia berlari.
Ketika sanpai di rumahnya, dengan terengah-engah
membuka pintu kosnya. Fani mencopot sepatunya, kemudian pergi ke dapur untuk
mengambil segelas air putih. Hanya dengan beberapa tegukan saja, segelas air
penuh bisa ia habiskan. Merasa dahaganya
sudah hilang, ia pun pergi ke kamar.
Di kamar ia langsung merebahkan
tubuhnya ke kasurnya yang empuk. Dilihatlah langit-langit kamarnya yang
sebagian terbuat dari kaca, sehingga ia bisa melihat awan di langit. Fani
memejamkan matanya sebentar untuk mempulihkan tenaga yang sedari tadi terkuras.
Tak disangka, Fani merasakan
kasurnya bergoyang. “kenapa ini?”, kedua tangan Fani memegang sangat kuat
seprei kasurnya. Fani mendongak dan melihat sebuah meteor besar jatuh. Setelah
meteor itu jatuh, bumi berhenti bergoyang. Fani benar-benar lega.
“Syukurlah sudah berhenti.” Fani
kembali merebahkan tubuhnya ke kasur. Baru sebentar Fani merebah, perut Fani
sudah memberontak. Ia pun segera ke dapur untuk mencari makanan di dalam
kulkas. Namun persediaannya sudah habis untuk minggu ini.
“ Huft.. waktu yang tidak tepat
untuk lapar.” Keluh Fani sembari memegangi perutnya yang keroncongan. Fani
dengan malas pergi keluar untuk membeli makanan di sebuah toko swalayan seperti
biasa.
Ketika baru setengah perjalan
menuju toko, Fani melihat seseorang berjongkok di pojok jalan buntu yang sepi.
Fani heran apa yang orang itu lakukan, ia pun mencoba mendekatinya. Tapi ia
urungkan karena Fani berpikir itu bukan urusannya. Ia kembali melanjutkan pergi
ke toko swalayan.
Setelah memilih makanan juga barang
yang dibutuhkan, ia membayar semuanya.
“ ini kembaliannya dan ini
barangnya.” Ucap pegawai kasir ramah pada Fani
“ oh, terima kasih.” Balas Fani
dengan tersenyum sembari menerima kembalian juga barangnya.
Ia membeli barang persediaan untuk
2minggu sekaligus, sehingga ia kerepotan membawa belanjaannya. Kedua tangannya
penuh dengan belanjaan. Tanpa disadari sebuah baliho berada di dekatnya patah
dan ...
“ awass!!!!!” teriak seseorang pada
Fani sambil menunjuk ke atas. Fani langsung mendongak.
BRUKK
Orang-orang yang melihatnya
tertegun melihat apa yang terjadi. Sedangkan Fani, ia memejamkan matanya takut
dan berjongkok. Ketika membuka matanya dan mendongak, ia melihat seseorang
sedang menahan papan baliho dengan punggungnya.
Di saat semua orang sedang
memperhatikan peristiwa tersebut, beberapa benda kecil beterbangan masuk ke
dalam kantung belanjaan Fani.
“ apa punggungmu baik-baik saja?”
ucap Fani khawatir dan hanya dijawab dengan sebuah anggukan. Kemudian, orang
itu menyingkirkan baliho itu dan langsung melenggang pergi. Fani berteriak
mengucapkan terima kasih, namun tak dihiraukan sama sekali.
Sesampainya di rumah, Fani langsung
mengeluarkan belanjaanya dan menatanya. Ketika mengeluarkan belanjaannya, Fani
menemukan sesuatu.
“Bulu apa ini? Kenapa ada di sini?
Seperti bulu kucing.” Fani mengambilnya lalu membuangnya ke tempat sampah tanpa
curiga sedikitpun.
Belanjaanya kini sudah rapi setelah ditata oleh Fani.
Merasa perutnya makin memberontak, dengan segera Fani mengambil makanan instan.
Ia sering malas memasak sehingga ia juga membeli makanan instan. Merasa
perutnya sudah kenyang, ia pun pergi mandi.
Setelah selesai
mandi, Fani mengutak-atik laptopnya. Saat ditengah keasikannya, Fani melihat
sebuah artikel yang memberitakan tentang kenampakan sebuah ekor srigala setelah
insiden jatuhnya meteor. Ia pun tertarik untuk membaca artikel tersebut.
Keesokan harinya...
“ Eungghh” Lenguh Fani sembari meregangkan
otot badannya. Fani membuka matanya yang berat intuk melihat jam wekernya.
“ Ya ampun, aku bisa terlambat.”
Fani langsung meloncat dari kasur untuk segera bersiap-siap ke sekolah.
Takut telat,
Fani pun tak sempat sarapan untuk mengganjal perutnya pagi ini. Dengan
tergesa-gesa ia berlari menuju sekolah. Ketika sudah sampai di pintu gerbang ia
melihat Sita yang sudah menunggu ia di pintu gerbang.
“ Maaf, aku
hosh..bangun kesiangan...hoshh..hoshh.” Ucap Fani terengah-engah
Sita melihat jam
tangannya, “masih ada sedikit waktu, lebih baik kita langsung ke kelas.” Ajak
Sita namun berjalan mendahului Fani. Fani pun sedikit berlari kembali untuk
mensejajarkan jalannya bersama Sita.
Baru saja duduk sebentar, guru yang
akan mengajar, Pak Fuadi, sudah datang. Pak Fuadi memasuki kelas dengan
gagahnya. Seperti biasa tak lupa dengan tas tenteng coklat kesayangannya. Namun
kali ini ada sedikit yang berbeda. Pak Fuadi tidak hanya membawa tas, tapi juga
membawa seseorang laki-laki yang tampan. Hal ini membuat murid perempuan
berdecak kagum melihatnya.
“ Anak-anak, dia murid baru di
sini. silahkan perkenalkan dirimu pada teman-temanmu.” Pak Fuadi mempersilahkan.
“ hai, namaku Henry.” Ucap henry
memperkenalkan diri.
“
Dia? Yang menolongku kemarin.” Batin Fani terkejut melihat Henry. Henry
yang kini juga menatap Fani pun membulatkan matanya.
“ Ok, silahkan kamu duduk di
sebelah Dwi.” Suruh Pak Fuadi sembari menunjuk bangku sebelah Dwi yang kosong.
“ terima kasih, pak.” Dengan segera Henry menuju tempat Dwi yang
terletak di belakang Fani persis.
Tak butuh lama untuk Henry akrab
dengan teman sekelasnya. Tak terkecuali Fani. Henry juga dengan cepat terkenal
di kalangan murid perempuan dan guru di sekolahnya. Ia juga terkenal sangat
baik, pintar dan juga tampan.
Di sisi lain ada 2 orang misterius
berpakaian aneh berjalan menuju jalan buntu. Mereka menemukan bulu-bulu
berhamburan. Salah satu dari mereka mengambilnya dan menaruhnya dalam kantung
bening. Dengan segera, mereka mencari pemilik bulu itu.
Suatu hari,
Henry, Fani, Dwi dan Sita dijadikan satu kelompok untuk menegrjakan tugas dari
pak Fuadi. Walaupun henry pintar, teman-temannya juga tidak ingin mengandalkan
henry saja. Mereka akhirnya mengerjakannya hingga malam hari di sekolah.
“ akhirnya
selesai juga.. eunghh...” Henry melenguh sembari meregangkan otot-ototnya. Ia
merasa aneh pada tubuhnya, tidak mau teman-temannya curiga ia pun menahannya.
“ Aku pulang
dulu.” Ucap Henry. Ia kemudian berdiri dan menggendong tasnya.
Fani yang sedang
memasukkan bukunya ke dalam tas tak sengaja sesuatu jauh dari tubuh henry
ketika bediri. Fani mengambilnya, “
kenapa ada seperti ini lagi?” batin Fani
“ Fan, apa itu?”
tanya Dwi
“ Entahlah. Ini
jatuh ketika Henry berdiri.”
Henry yang
mendengar namanya disebut pun langsung menengok dan melihat apa yang sedang
dipegang oleh Fani.
“ henry, bulu
apa ini?” tanya Fani.
“ hah? A..a..aku
tidak tau.” Elak Henry dengan terbata-bata.
Dwi dan Sita
tidak mau memikirkannya. Namun tidak dengan Fani, ia benar-benar penasaran.
“ bulu ini sudah dua kali aku melihatnya dan
selalu ada Henry. Henry juga mempunyai
kekuatan super.” Batin Fani menduga-duga sambil mengingat waktu Henry
menolongnya.
Henry yang
melihat Fani melamun sambil melihat bulu itu pun, segera mengalihkannya.
“ Teman-teman aku pulang dulu, fan aku pulang
dulu.” Ucap Henry sembari menepuk bahu Fani yang sedang duduk di sebelahnya.
Fani hanya mengangguk pelan. Henry pun melenggang pergi.
“ Sebenarnya siapa Henry?” Batin Fani
sembari melihat punggung Henry yang kian menghilang dari hadapannya. Karena
tingkat penasaran Fani sanagat tinggi, ia pun berniat mengikuti Henry.
“ Sit, kamu
pulang sama Dwi aja ya? Aku buru-buru.” Tanpa menunggu jawaban dari Sita, Fani
langsung menyahut tasnya dan melenggang pergi. Sita yang melihatnya hanya bisa
menggerutu kesal.
Fani mencoba
mengikuti Henry, namun ia kehilangan jejak. Walau begitu, Fani tak pantang
menyerah. Ia terus mencari-cari Henry pelan-pelan. Hingga ia melihat Henry
sedang memberontak ketika di apit oleh 2 orang misterius yang berpakaian aneh.
“ Apa yang
kalian lakuakan?” Ucap Fani berani dan langsung membuat Henry terkejut.
“ Fani, kenapa kamu
disini? Cepat pergi!” teriak Henry
“ aku ingin
menolongmu.”
Namun Fani tetap
kekeh tidak mau pergi. Fani malah berjalan mendekati dan langsung di cegah oleh
2 orang misterius dengan kekuatan sihirnya. Fani langsung mengerang kesakitan
karena kekuatan sihir itu seperti mencengkram tubuhnya. Hingga tubuhnya tidak
bisa bergerak sama sekali.
“ pengawal,tolong
lepaskan dia.” Pinta Henry pada 2 orang misterius yang ternyata pengawalnya.
Namun tak dihiraukan.
“ Arghhh...”
rintih Fani.
Henry sudah tdak tahan lagi hanya diam saja melihat
Fani yang terus merintih. Kemarahan Henry semakin memuncak ketika pengawalnya
malah menambah Fani semakin merintih. Tanpa henry sadari, cahaya yang sangat
menyilaukan mata keluar. Seluruh tubuhnya berubah menjadi serigala dan mengaung.
Ia juga melemparkan dua pengawalnya
entah kemana.
Fani yang
melihat yang terjadi pada Henry, membulatkan mata tak percaya. Fani berjalan
mundur ketika Henry mendekat. Henry yang sadar Fani ketakutan, berhenti
mendekat.
“ Maaf atas
kebohonganku juga ulah pengawalku.” Ucap Henry singkat dan langsung menghilang
begitu saja dari hadapan Fani.
“ tidakkkkkk!!!”
Teriak Fani yang sangat shock . Perlahan-lahan ia kehilangan kesadarannya dan
pingsan.
Keesokan harinya...
Sang mulai syamsu menampakkan diri untuk
menyinari permukaan bumi. Menulusup di seluruh celah yang dilewatinya.
Membangunkan para makhluk bumi untuk memulai aktifitasnya.
“ tidakkkk!!!!”
teriak Fani yang langsung tersadar dari tidurnya. Ia langsung melihat
sekitarnya.
“ ternyata hanya
mimpi.” Ia menghela nafas lega. Karena tangannya berkeringat, ia melihat kedua
telapak tangannya. Namun ia kembali shock melihat ada beberapa bulu di
tangannya dan ia kembali pingsan.
Di Kerajaan Serigala...
“ Ayah, aku minta maaf. Aku tidak akan
melakukan itu lagi.” Mohon Henry pada ayahnya.
“ ayah, kumohon!
Maafkan aku! Hukum saja aku ayah.” Lanjut Henry
Ayahnya yang menjabat sebagai Raja
Serigala hanya menghela nafas berat dan juga memikirkan sesuatu.
“ Baiklah.” Ucap
sang ayah
Henry akhirnya
menerima hukuman dari ayahnya. Ia benar-benar menyesal karena ia telah
mengingkari janjnya pada sang ayah. Henry pernah berjanji pada sang ayah jika
ia tidak akan pernah ke dunia manusia.
“ Tidak terlalu beratkah hukuman yang ayah
berikan untuk pangeranmu ini?” Henry memasang wajah memelas agar ayahnya iba.
“menurut ayah
itu sepadan dengan kesalahanmu, karena kau telah mengingkari janji.” Ucap sang
Raja Serigala pada anaknya dengan tersenyum jahil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar