Sabtu, 02 November 2013

FF:Face Of Wolf (Oneshoot)

Di sebuah sekolah ternama...
“ Sita, apa kau sudah ingin pulang?” tanya Fani pada sahabatnya yang sedang mencatat karena tadi ketinggalan pelajaran.
“tentu saja. Kau pikir aku akan tidur di sekolah?” Ucap Sita tetap fokus mencatat dan tidak menengok sama sekali. Hal itu membuat Fani geram dan berdecak sebal.
“ Jika kau tidak sarapan pake sambal, kau tidak akan membuatku pulang terlambat seperti ini. Jadi, cepatlah sedikit.” Fani sudah tidak sabar menunggu Sita.
“ Ini juga sebentar lagi selesai, tinggal nulis satu kata lagi. Dannnnn...selesai.” Sita tak lupa memberi tanda titik diakhir tulisannya
Kini awan sangat cerah yang menjadi dinding langit dunia. Debu mengelilingi orang-orang yang sedang berlalu lalang. Tanpa disadari awan dan matahari yang sedang bersinar cerah tertutupi kabut hitam seperti mendung. Para manusia menghentikan aktifitasnya untuk menatap awan dengan keheran. Tak terkecuali seorang gadis bermata bulat nan cantik, Fani. Ia yang sedang berjalan menuju rumahnya bersama Sita.
“ Fan, kenapa tiba-tiba menyeramkan seperti ini?”, tanya Sita ketakutan dengan memegang erat lengan kiri Fani.
“ Entahlah, mungkin akan hujan. Lebih baik kita segera pulang, ayo!” ajak Fani
Dalam perjalanan, Sita dan fani berpisah karena rumah mereka harus melewati gang yang berbeda. Namun, Sita merengek agar fani mengantarkannya. Rengekan Sita yang seperti anak kecil membuat Fani tidak tahan, akhirnya dengan terpaksa Fani mengantar Sita.
Setelah mengantarkan Sita, Fani dengan segera melangkahkan kakinya menuju rumahnya. Ketika Fani telah melewati gang rumahnya, kakinya berrhenti melangkah. Fani mendongak ke atas melihat kabut hitam semakin pekat. Melihat hal itu Fani kembali melangkahkan kakinya, namun kali ini ia berlari.
Ketika sanpai di rumahnya, dengan terengah-engah membuka pintu kosnya. Fani mencopot sepatunya, kemudian pergi ke dapur untuk mengambil segelas air putih. Hanya dengan beberapa tegukan saja, segelas air penuh bisa ia habiskan.  Merasa dahaganya sudah hilang, ia pun pergi ke kamar.
Di kamar ia langsung merebahkan tubuhnya ke kasurnya yang empuk. Dilihatlah langit-langit kamarnya yang sebagian terbuat dari kaca, sehingga ia bisa melihat awan di langit. Fani memejamkan matanya sebentar untuk mempulihkan tenaga yang sedari tadi terkuras.
Tak disangka, Fani merasakan kasurnya bergoyang. “kenapa ini?”, kedua tangan Fani memegang sangat kuat seprei kasurnya. Fani mendongak dan melihat sebuah meteor besar jatuh. Setelah meteor itu jatuh, bumi berhenti bergoyang. Fani benar-benar lega.
“Syukurlah sudah berhenti.” Fani kembali merebahkan tubuhnya ke kasur. Baru sebentar Fani merebah, perut Fani sudah memberontak. Ia pun segera ke dapur untuk mencari makanan di dalam kulkas. Namun persediaannya sudah habis untuk minggu ini.
“ Huft.. waktu yang tidak tepat untuk lapar.” Keluh Fani sembari memegangi perutnya yang keroncongan. Fani dengan malas pergi keluar untuk membeli makanan di sebuah toko swalayan seperti biasa.
Ketika baru setengah perjalan menuju toko, Fani melihat seseorang berjongkok di pojok jalan buntu yang sepi. Fani heran apa yang orang itu lakukan, ia pun mencoba mendekatinya. Tapi ia urungkan karena Fani berpikir itu bukan urusannya. Ia kembali melanjutkan pergi ke toko swalayan.
Setelah memilih makanan juga barang yang dibutuhkan, ia membayar semuanya.
“ ini kembaliannya dan ini barangnya.” Ucap pegawai kasir ramah pada Fani
“ oh, terima kasih.” Balas Fani dengan tersenyum sembari menerima kembalian juga barangnya.
Ia membeli barang persediaan untuk 2minggu sekaligus, sehingga ia kerepotan membawa belanjaannya. Kedua tangannya penuh dengan belanjaan. Tanpa disadari sebuah baliho berada di dekatnya patah dan ...
“ awass!!!!!” teriak seseorang pada Fani sambil menunjuk ke atas. Fani langsung mendongak.
BRUKK
Orang-orang yang melihatnya tertegun melihat apa yang terjadi. Sedangkan Fani, ia memejamkan matanya takut dan berjongkok. Ketika membuka matanya dan mendongak, ia melihat seseorang sedang menahan papan baliho dengan punggungnya.
Di saat semua orang sedang memperhatikan peristiwa tersebut, beberapa benda kecil beterbangan masuk ke dalam kantung belanjaan Fani.
“ apa punggungmu baik-baik saja?” ucap Fani khawatir dan hanya dijawab dengan sebuah anggukan. Kemudian, orang itu menyingkirkan baliho itu dan langsung melenggang pergi. Fani berteriak mengucapkan terima kasih, namun tak dihiraukan sama sekali.
Sesampainya di rumah, Fani langsung mengeluarkan belanjaanya dan menatanya. Ketika mengeluarkan belanjaannya, Fani menemukan sesuatu.
“Bulu apa ini? Kenapa ada di sini? Seperti bulu kucing.” Fani mengambilnya lalu membuangnya ke tempat sampah tanpa curiga sedikitpun.
Belanjaanya  kini sudah rapi setelah ditata oleh Fani. Merasa perutnya makin memberontak, dengan segera Fani mengambil makanan instan. Ia sering malas memasak sehingga ia juga membeli makanan instan. Merasa perutnya sudah kenyang, ia pun pergi mandi.
Setelah selesai mandi, Fani mengutak-atik laptopnya. Saat ditengah keasikannya, Fani melihat sebuah artikel yang memberitakan tentang kenampakan sebuah ekor srigala setelah insiden jatuhnya meteor. Ia pun tertarik untuk membaca artikel tersebut.
Keesokan harinya...
 “ Eungghh” Lenguh Fani sembari meregangkan otot badannya. Fani membuka matanya yang berat intuk melihat jam wekernya.
“ Ya ampun, aku bisa terlambat.” Fani langsung meloncat dari kasur untuk segera bersiap-siap ke sekolah.
Takut telat, Fani pun tak sempat sarapan untuk mengganjal perutnya pagi ini. Dengan tergesa-gesa ia berlari menuju sekolah. Ketika sudah sampai di pintu gerbang ia melihat Sita yang sudah menunggu ia di pintu gerbang.
“ Maaf, aku hosh..bangun kesiangan...hoshh..hoshh.” Ucap Fani terengah-engah
Sita melihat jam tangannya, “masih ada sedikit waktu, lebih baik kita langsung ke kelas.” Ajak Sita namun berjalan mendahului Fani. Fani pun sedikit berlari kembali untuk mensejajarkan jalannya bersama Sita.
Baru saja duduk sebentar, guru yang akan mengajar, Pak Fuadi, sudah datang. Pak Fuadi memasuki kelas dengan gagahnya. Seperti biasa tak lupa dengan tas tenteng coklat kesayangannya. Namun kali ini ada sedikit yang berbeda. Pak Fuadi tidak hanya membawa tas, tapi juga membawa seseorang laki-laki yang tampan. Hal ini membuat murid perempuan berdecak kagum melihatnya.
“ Anak-anak, dia murid baru di sini. silahkan perkenalkan dirimu pada teman-temanmu.” Pak Fuadi mempersilahkan.
“ hai, namaku Henry.” Ucap henry memperkenalkan diri.
“ Dia? Yang menolongku kemarin.” Batin Fani terkejut melihat Henry. Henry yang kini juga menatap Fani pun membulatkan matanya.
“ Ok, silahkan kamu duduk di sebelah Dwi.” Suruh Pak Fuadi sembari menunjuk bangku sebelah Dwi yang kosong.
“ terima kasih, pak.”  Dengan segera Henry menuju tempat Dwi yang terletak di belakang Fani persis.
Tak butuh lama untuk Henry akrab dengan teman sekelasnya. Tak terkecuali Fani. Henry juga dengan cepat terkenal di kalangan murid perempuan dan guru di sekolahnya. Ia juga terkenal sangat baik, pintar dan juga tampan.
Di sisi lain ada 2 orang misterius berpakaian aneh berjalan menuju jalan buntu. Mereka menemukan bulu-bulu berhamburan. Salah satu dari mereka mengambilnya dan menaruhnya dalam kantung bening. Dengan segera, mereka mencari pemilik bulu itu.
Suatu hari, Henry, Fani, Dwi dan Sita dijadikan satu kelompok untuk menegrjakan tugas dari pak Fuadi. Walaupun henry pintar, teman-temannya juga tidak ingin mengandalkan henry saja. Mereka akhirnya mengerjakannya hingga malam hari di sekolah.
“ akhirnya selesai juga.. eunghh...” Henry melenguh sembari meregangkan otot-ototnya. Ia merasa aneh pada tubuhnya, tidak mau teman-temannya curiga ia pun menahannya.
“ Aku pulang dulu.” Ucap Henry. Ia kemudian berdiri dan menggendong tasnya.
Fani yang sedang memasukkan bukunya ke dalam tas tak sengaja sesuatu jauh dari tubuh henry ketika bediri. Fani mengambilnya, “ kenapa ada seperti ini lagi?” batin Fani
“ Fan, apa itu?” tanya Dwi
“ Entahlah. Ini jatuh ketika Henry berdiri.”
Henry yang mendengar namanya disebut pun langsung menengok dan melihat apa yang sedang dipegang oleh Fani.
“ henry, bulu apa ini?” tanya Fani.
“ hah? A..a..aku tidak tau.” Elak Henry dengan terbata-bata.
Dwi dan Sita tidak mau memikirkannya. Namun tidak dengan Fani, ia benar-benar penasaran.
“ bulu ini sudah dua kali aku melihatnya dan selalu ada  Henry. Henry juga mempunyai kekuatan super.” Batin Fani menduga-duga sambil mengingat waktu Henry menolongnya.
Henry yang melihat Fani melamun sambil melihat bulu itu pun, segera mengalihkannya.
 “ Teman-teman aku pulang dulu, fan aku pulang dulu.” Ucap Henry sembari menepuk bahu Fani yang sedang duduk di sebelahnya. Fani hanya mengangguk pelan. Henry pun melenggang pergi.
“ Sebenarnya siapa Henry?” Batin Fani sembari melihat punggung Henry yang kian menghilang dari hadapannya. Karena tingkat penasaran Fani sanagat tinggi, ia pun berniat mengikuti Henry.
“ Sit, kamu pulang sama Dwi aja ya? Aku buru-buru.” Tanpa menunggu jawaban dari Sita, Fani langsung menyahut tasnya dan melenggang pergi. Sita yang melihatnya hanya bisa menggerutu kesal.
Fani mencoba mengikuti Henry, namun ia kehilangan jejak. Walau begitu, Fani tak pantang menyerah. Ia terus mencari-cari Henry pelan-pelan. Hingga ia melihat Henry sedang memberontak ketika di apit oleh 2 orang misterius yang berpakaian aneh.
“ Apa yang kalian lakuakan?” Ucap Fani berani dan langsung membuat Henry terkejut.
“ Fani, kenapa kamu disini? Cepat pergi!” teriak Henry
“ aku ingin menolongmu.”
Namun Fani tetap kekeh tidak mau pergi. Fani malah berjalan mendekati dan langsung di cegah oleh 2 orang misterius dengan kekuatan sihirnya. Fani langsung mengerang kesakitan karena kekuatan sihir itu seperti mencengkram tubuhnya. Hingga tubuhnya tidak bisa bergerak sama sekali.
“ pengawal,tolong lepaskan dia.” Pinta Henry pada 2 orang misterius yang ternyata pengawalnya. Namun tak dihiraukan.
“ Arghhh...” rintih Fani.
Henry  sudah tdak tahan lagi hanya diam saja melihat Fani yang terus merintih. Kemarahan Henry semakin memuncak ketika pengawalnya malah menambah Fani semakin merintih. Tanpa henry sadari, cahaya yang sangat menyilaukan mata keluar. Seluruh tubuhnya berubah menjadi serigala dan mengaung.  Ia juga melemparkan dua pengawalnya entah kemana.
Fani yang melihat yang terjadi pada Henry, membulatkan mata tak percaya. Fani berjalan mundur ketika Henry mendekat. Henry yang sadar Fani ketakutan, berhenti mendekat.
“ Maaf atas kebohonganku juga ulah pengawalku.” Ucap Henry singkat dan langsung menghilang begitu saja dari hadapan Fani.
“ tidakkkkkk!!!” Teriak Fani yang sangat shock . Perlahan-lahan ia kehilangan kesadarannya dan pingsan.
Keesokan harinya...
Sang mulai syamsu menampakkan diri untuk menyinari permukaan bumi. Menulusup di seluruh celah yang dilewatinya. Membangunkan para makhluk bumi untuk memulai aktifitasnya.
“ tidakkkk!!!!” teriak Fani yang langsung tersadar dari tidurnya. Ia langsung melihat sekitarnya.
“ ternyata hanya mimpi.” Ia menghela nafas lega. Karena tangannya berkeringat, ia melihat kedua telapak tangannya. Namun ia kembali shock melihat ada beberapa bulu di tangannya dan ia kembali pingsan.
Di Kerajaan Serigala...
 “ Ayah, aku minta maaf. Aku tidak akan melakukan itu lagi.” Mohon Henry pada ayahnya.
“ ayah, kumohon! Maafkan aku! Hukum saja aku ayah.” Lanjut Henry
Ayahnya yang menjabat sebagai Raja Serigala hanya menghela nafas berat dan juga memikirkan sesuatu.
“ Baiklah.” Ucap sang ayah
Henry akhirnya menerima hukuman dari ayahnya. Ia benar-benar menyesal karena ia telah mengingkari janjnya pada sang ayah. Henry pernah berjanji pada sang ayah jika ia tidak akan pernah ke dunia manusia.
 “ Tidak terlalu beratkah hukuman yang ayah berikan untuk pangeranmu ini?” Henry memasang wajah memelas agar ayahnya iba.
“menurut ayah itu sepadan dengan kesalahanmu, karena kau telah mengingkari janji.” Ucap sang Raja Serigala pada anaknya dengan tersenyum jahil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar